KATA MEREKA STOP MAKAN-MAKANAN
BALI,
AYAMNYA JUGA HARAM !!
Gambar kata mereka selain babi, makanan ayam di bali pun haram |
Pembela Makanan Haram Bangga, kenapa
Pembela Halal Kita Cela?
Lho yang haram saja begitu bangga, bahkan
berencana mendanai/memodali dan menyebarkan seluas-luasnya, bagaimana mungkin
kita umat Islam bisa-bisanya ‘menggembosi’ LPPOM atau lembaga yang concern urusan kehalalan yang dampaknya hingga
ke akhirat?
Aida L Yunus
Sumber
hidayatulloh.com
Baca
ini:
Bali lagi Bali lagi. Ya… masih tentang
bali. Kali ini saya akan cerita tentang pesan istri sebelum berangkat ke Bali.
Begini pesannya,” Mas… nanti kalau di Bali hati-hati, cari makanan yang halal
ya.” “Yoi,” Saya mengiyakan, InsyaAllah saya akan berusaha memilih dan
memilah makanan halal di Bali. Memangnya di Bali ada apa, koq sampai istri saya
begitu khawatir dengan makanannya. Entahlah… ketika itu saya juga tidak tahu,
karena saya buta dengan Bali.
Sesampai di Bali, sepanjang perjalanan
dari Airport ke hotel, saya selalu tengak-tengok kanan kiri memperhatikan rumah
makan dan sejenisnya. Wow… ada warung makan babi guling, tidak hanya satu tapi
banyak kutemui. Babinya kelihatan dari luar lagi. Kalau yang seperti ini bila
di Solo pasti sudah ditutup paksa. Tapi ini Bali Kang… Babi bukan hewan yang
haram dikonsumsi bagi umat agama Hindu, sehingga mereka sah-sah saja membuka
warung yang seperti itu. Tapi, di samping itu ternyata ada juga warung makan
dengan identitas muslim dan tulisan halal, walaupun itu tidak banyak. Yang
sudah familiar dengan saya seperti rumah makan masakan padang, ayam bakar wong
solo, KFC.
Akhirnya
saya sarapan dengan menu oseng mie so’on, sosis ayam goreng, dan nasi putih
tentunya. Tapi perasaan hati ini tidak enak, seperti ada yang mengganjal. Ya…
mungkin makanan yang saya makan ada yang haram, apa ya… saya terus berpikir…
sosis ayam… ya… mungkinkah sosis ayamnya haram? Mungkin ada yang berpikiran
bahwa sosis itu ada campuran babinya, sehingga sosis ayamnya jadi haram, tapi
sungguh bukan karena itu. Ayam murnipun bisa jadi barang haram, dan itu bisa
terjadi di Bali.
Hal
inilah yang bisa membuat menu ayam di
Bali menjadi haram dikonsumsi oleh kalangan muslim. Kecuali…. bila ayam itu
jelas-jelas terpercaya ada yang menyembelih sesuai syariat Islam.Ada 10
syarat yang menjadikan hewan sembelihan menjadi halal dikonsumsi yaitu :
1. Orang
yang menyembelih haruslah orang yang mampu berniat menyembelih.
2. Orang
yang menyembelih harus beragama islam atau ahli kitab (Yahudi &
Nashrani)
3. ketika
melukai hewan punya maksud untuk menyembelih. Jika dia melukai hewan itu tidak
untuk maksud menyembelih maka tidak halal untuk dimakan.
apakah
disyaratkan harus diniatkan untuk dimakan? Ada dua pendapat ulama dalam hal
ini:
1. Tidak
harus diniatkan untuk dimakan.
2. Harus
diniatkan untuk dimakan.Misalnya menyembelih hewan untuk dijadikan bahan
penelitian, atau tujuan lainnya, tidak halal dimakan.
3. tidak
untuk dipersembahkan kepada selain Allah.
4. tidak
diikrarkan untuk selain Allah.
5. harus
menyebut nama Allah (basmalah) sesaat menjelang menyembelih.
6. alat
untuk menyembelih harus pisau yang bisa melukai dan mengalirkan darah, selain
kuku dan gigi.
harus
sampai mengalirkan darah.
7. orang
yang menyembelih, harus orang yang diizinkan untuk menyembelih secara syariat.
Sumber: newsizzahaz.com
Gambar kata mereka selain babi, makanan ayam di bali pun haram |
Dari
tulisan di atas kita warga bali harus membuka mata kita orang bali, lahap makan-makanan mereka itulah kenapa perkembangan dagang dauh tukad
sangat menjamur di bali sedangkan dagang bali terpinggirkan. Walaupun kita
menjual ayam betutu tetap saja DI CAP
HARAM,bagaimana pedagang bali akan bisa bersaing jika orang bali tidak mau mendukung.
Sedikit demi sedikit bali akan dikuasai oleh orang-orang dauh tukad.
gambar kata mereka selain babi, makanan ayam di bali pun haram |
Saya harap umat Hindu membiasakan diri berbelanja di warung yang ada
pelangkiran-nya. Kalau ada plangkiran pasti milik umat Hindu dan
jika milik umat Hindu pasti prosesnya “Sukla”
ungkap Wedakarna yang tidak lama lagi akan meluncurkan lembaga
sertifikasi Sukla.
Gambar Wedakarna |
“Saya menjamin, jika umat Hindu Bali membuat makanan, bisa
dipastikan prosesnya sangat bersih (sukla). Dari pengelolaan bahan makanan di
dapur hingga di hidangkan. Karena dari keluarga, orang Bali dididik
untuk menghargai kesucian. Saya harap ada sebuah Lembaga Sertifikasi “Sukla”
yang bisa menggerakkan ini. Jangan sampai makanan yang dikonsumsi oleh orang
Hindu Bali diproses melalui cara yang tidak benar. Ini akan sangat mempengaruhi
kualitas badaniah SDM Hindu. Ingat dalam kitab Weda sangat diyakini bahwa
makanan itu sangat berpengaruh pada aktivitas sehari-hari termasuk siapa yang
menghidangkan makanan, proses penghidangan dan takaran kesucian,”
ungkap Gusti Wedakarna.
Ia mencontohkan, umat Hindu sering mengeluhkan kurang higienisnya
proses pembuatan makanan dari produsen yang kebetulan pendatang. “ada kasus
penjual bakso mencuci perlengkapan jualannya di kamar mandi karyawan atau
mencuci bahan makanan yang akan dijual dari tempat bekas mencuci pakaian. Ini
sama sekali membahayakan bagi umat Hindu. Untuk itu saya sarankan agar 90 %
umat Hindu di Bali untuk menguasai kembali ekonomi kerakyatan. Jangan
sampai kualitas makanan di Bali ini tidak sesuai estetika,” ungkap
Presiden WHYO ini.