Pura
Watu Klotok “Batu Mekocok” penganugerah kesuburan
Pura Watu Klotok dari katanya bisa
diambil kata “watu” dalam bahasa Bali yang berarti Batu,
Sedangkan kata “Klotok” memiliki artian “berbunyi“, dari sini asal
muasal kata watu klotok karena di Pura ini terdapat sebuah batu yang mengeluarkan
bunyi jika dikocok dan menjdi Salah satu peninggalan yang dikeramatkan di Pura
ini. Pura Watu Klotok berada di Pantai Watu Klotok terletak di Banjar Celepik,
Desa Tojan, Kabupaten Klungkung
Pura Watu Klotok “Batu Mekocok” penganugerah kesuburan |
Ada cerita lain dari masyarakat
tentang sejarah berdirinya Pura Watu Klotok ini. Menurut cerita lisan yang
berkembang di kalangan warga Desa Tojan, Pura Watu Klotok berdiri bermula dari
sebuah batu makocel atau batu makocok. Diceritakan, pada zaman dahulu, ada seorang
petani yang secara tidak sengaja menemukan batu ajaib di areal sawahnya saat
mencangkul tanah. Keajaiban batu itu dilihat, karena setiap kali batu dikocok, akan
terdengar bunyi beradu dari dalam batu itu. Karena hal itu dinilai ajaib, maka batu
tersebut kemudian menjadi sungsungan subak dan berkembang menjadi Pura Watu
Klotok.
Sampai kini, batu ajaib itu masih
tersimpan di Pura Watu Klotok. Berbentuk lonjong dan lumayan besar dengan
posisi berdiri. Warga Desa Tojan meyakini batu makocok itu sangat bertuah.
Wangsuhpada atau “air basuhan” dari batu itu kerap dimanfaatkan petani untuk
melindungi tanamannya di sawah dari hama dan penyakit.
Pura
Watu Klotok dipuja Ida Sang Hyang Widhi sebagai penganugerah kesuburan. Karena
itulah, dalam tradisi masyarakat di sekitarnya, bila terjadi hama yang
menyerang tetanaman di sawah, petani bakal memohon keselamatan ke Pura Watu
Klotok.
Sealin batu ajaib tersebut di Pura
Watu Klotok ini juga juga unen-unen atau
rencang Ida Betara berupa tikus putih, ular belang dan penyu macolek pamor.
Penyu macolek pamor tersebut diyakini
muncul seratus tahun sekali. Itu dibuktikan dengan terdamparnya seekor penyu
raksasa beberapa tahun silam.
Dikutip dari berbagai sumber//