Pura jati Batur terletak di tepian barat daya Danau Batur ini termasuk wilayah Desa Batur Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Pura Jati Batur terkatagori pura kahyangan jagat, merupakan tempat memuja Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Bhatara Hyang Gangga
Sejarah Pura Jati Luhur
Dibacakan di dalam buku Sejarah Pembangunan Pura-Pura di Bali oleh Ketut Soeban, bahwa pura jati batur di bangun oleh mpu jayaireng bersama dengan sanak keluarganya.
Mpu jayaireng merupakan leluhur dari Pasek Kayu Selem Desa Kayuan, Trunyan dan Celagi.
Disebut pura jati karena sebelum melakukan upacara mahayu bhatara, harus ada tahap-tahap yang dilalui seperti nuhur tirtha (mohon air suci) ''Kamandalu'' lalu menyelenggarakan upacara Widhi Widana dengan memuja Bhatara Gangga dan lainya.
Tata cara inilah sehingga membuat pura ini disebut pura jati dasar kata dari pejati yang memiliki makna harus melaksanakan sebuah pekerjaan dengan sungguh-sungguh.
Pelinggih Ida Bhatara Sakti Dwijendra
Perjalanan jejak Dhang hyang Dwijendra juga terukir di pura ini. Dibuktikan dengan Pralingga Ida Bhatara Sakti Pura Jati berbentuk Padanda lengkap dengan Pawedaan.
Ida Bhatara Sakti Dwijendra yang datang ke Bali pada abad ke-15 dari Jawa Timur. Kehadiran pendeta ini dalam rangka menyebarkan ajaran Siwa-Buddha yang dijaga dan dipeluk penganut Hindu di Bali hingga saat ini.
Piodalan di Pura Jati Batur berlangsung setahun sekali yaitu pada Purnama sasih Kasa pinanggal Ping 13. Piodalan ini cukup unik karena biasanya piodalan dilaksanakan pada Purnama atau Tilem.
Ukuran tingkatan karya bisa dilihat di antaranya dari jenis uang kepeng yang digunakan. Pada tingkat uatama, uang berjumlah 700, madya 500, nista 425 kepeng.
Semua mesti genap, tak hendak dikurang lebihkan. Bila tak sesuai ketentuan, maka persembahan yang dihaturkan tak mencapai tujuannya.
Sumber//babad bali.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar