Sejarah
Pembangunan Pura Luhur Batukaru
Pura Luhur Batukaru dibangun pada abad
ke-11 oleh seorang Mpu yang datang dari Pulau Jawa yaitu Mpu Kuturan.
Pura Luhur Batukau sering digunakan
untuk meditasi memperoleh kedamaian rohani dan untuk mencapai keseimbangan
hidup dengan cara menjaga keseimbangan jiwa, laut, hutan, danau, bumi, dan
individu.
Pura Luhur Batukaru adalah pura
sebagai tempat memuja Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Maha dewa.
Dewa yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
dengan mempergunakan air secara benar, maka di Pura Batukaru ini disebut
sebagai pemujaan Tuhan sebagai Ratu Hyang Tumuwuh atau Tuhan sebagai yang
menumbuhkan.
Pura Batukaru juga adalah sebagai Pura
Padma Bhuwana yaitu sembilan pura yang terdapat di sembilan penjuru Pulau
Bali.
Pura Luhur Batukaru terletak di kaki selatan Gunung Batukaru dari
sanalah nama Pura Luhur Batukaru berasal
tepatnya di Desa Wongaya Cede, Penebel, Tabanan.
gambar ilustrasi perjalanan raja buleleng |
Kisah
Raja Buleleng Ki Gusti Ngurah Panji Sakti
Pada tahun 1959 Pura Luhur Batukaru
direnovasi besar-besaran karena diceritakan tahun 1605 Masehi sumber berasal
dari kitab Babad Buleleng.
Diceritakan Pura Luhur Batukaru pernah
dirusak oleh Raja Buleleng yang bernama
Ki Gusti Ngurah Panji Sakti yang ingin memperluas wilayah dan menyerang
kerajaan Tabanan.
Bersama dengan prajuritnya
memporak-porandakan Pura Luhur Batukaru. Tapi sesuatu terjadi Ki Panji Sakti dan prajuritnya malah diserang
oleh tawon banyak sekali galak dan menyengat yang datang entah dari mana, yang
memukul mundur Ki Panji Sakti dan prajuritnya sehingga tidak bisa menyerang
kerajaan Tabanan. baca juga: raksasa luh dan muani di Pura Gunung Lebah Ubud
gambar pura luhur batukaru dulu dan sekarang |
Renovasi
Pura Luhur Batukaru
Lalu pada tahun 1977 direnovasi
kembali hingga kembali Sampai sekarang bentuk dan posisi pelinggih tetap asli seperti
semula.
Bahkan, tak satu pun ada cat atau
pewarna modern yang digunakan. Hal ini dikatakan penglingsir Pura untuk menjaga
taksu pura agar tetap terjaga.
Artefak
Kuno Di Pura Luhur Batukaru
Selain itu Anda juga akan menemui
beberapa artefak kuno yang berupa Menhir dan Palinggih Kampuh (batu berukir
atau berbentuk). Artefak-artefak tersebut tersebar di halaman depan Pura Luhur
Batukaru ini.
Akan banyak ditemui bangunan menhir
dan patung-patung karena pada zaman megalitikum, segala bidang kehidupan
masyarakat berpusat pada penghormatan dan pemujaan kepada arwah nenek moyang.
Pada tahun 1928, seorang ahli ilmu arkeologi bernama Dr. R.
Goris, pernah mengadakan penelitian di Pura ini
.
Goris banyak menjumpai patung-patung yang tipenya serupa
dengan patung yang terdapat di Goa Gajah yaitu patung yang keluar pancuran air
dari pusarnya.
Bedanya patung di Goa Gajah berdiri, sedangkan yang di Pura
Batukaru duduk bersila. Menurut Goris, patung yang terdapat di Batukaru sezaman
dengan patung di Goa Gajah baca juga: Sejarah Pura Luhur Sejong Dapur Kebo Iwa
Pantangan
di Pura Luhur Batukaru
Ada hal unik yang tidak boleh di
langgar di Pura Luhur Batukaru yaitu tidak boleh mengajak anak kecil yang belum
ketus gigi atau gigi yang belum tanggal.
Tidak ada sumber tertulis yang
menyebutkan larangan ini tetapi masyarakat di Wongaya Gede, sama sekali tidak
ada yang berani mencoba untuk melanggar larangan itu.
Menurut Jro Mangku Gede Teken pantangan
ini tidak ada hubunganya dengan niskala atau alam gaib.
Dikatakan zaman dulu sebelum ada kemajuan
transportasi pamedek pergi ke pura dengan jalan kaki menempuh jarak yang sangat
jauh.
Belum lagi ada hutan belantara yang
banyak binatang buasnya seperti Singa, Ular, Macan yang sewaktu-waktu bisa
memangsanya.
Lebih rasional lagi, ketika ada orang
sembahyang dengan khusuk tiba-tiba saja diriuhkan dengan tangisan anak yang
tentu saja akan membuyarkan konsentrasi orang sembahyang.
Sanak-anak yang diajak ke pura pada akhirnya akan merengek-rengek minta susu sehingga membuat ibunya membuka gunung kembarnya dihadapan orang banyak, tentunya kurang sedap dipandang orang banyak.
"Logika itu masuk akal juga kalau dikaji dari sisi negatifnya tanpa kita mau tahu apa yang akan terjadi bila anak terus-terusan tidak boleh masuk pura yang penuh dengan nilai kesucian," Jro Mangku menjelaskan.
gambar upacara puja wali di pura luhur batukaru |
Upacara
Pujawali Di Pura Luhur Batukaru
Biasanya saat pujawali, tidak hanya
pemedek dari daerah bali yang datang tapi karma dari Jawa, Lampung, dan Lombok
juga akan ikut tangkil
Upacara di Pura Batukaru terbagi dalam
dua bagian yaitu, pujawali dan upacara rutin pengrastitian subak, Pujawali
digelar setiap Wraspati, Umanis, Dungulan atau Umanis Galungan, setiap 210 hari
sekali.
Kepercayaan kepada roh leluhur berdiam di puncak gunung dan bukit yang
memiliki kekuatan gaib yang diyakini dapat menolak bahaya dan memberikan
kesejahteraan.