“Titi
Gonggang” Tempat Bersumpah
Di Pura
Gunung Raung
Sejarah
berdirinya Pura Gunung Raung tertulis di Dalam lontar Bali Tatwa. Di dalam lontar diceritakan tentang seorang
Rsi bernama Rsi Markandya dalam
perjalanannya dari Jawa Timur ke Bali. Beliau mendapat petunjuk agar melakukan
samadi di pasraman beliau di Bali.
Gambar pura gunung raung |
Setelah kembali ke Bali lalu beliau
mengadakan samadi ternyata Resi Markandya melihat ada sinar di suatu tempat.
Nyala itu ternyata berasal dari sebatang pohon yang menyala. Di pohon yang menyala
itulah Resi Markandya mendirikan Pura Gunung Raung sekarang. Pura Gunung Raung
kemudian dikembangan zaman pemerintahan Raja Anak Wungsu Berdasarkan prasasti yang dijumpai di Pura
Gunung Raung diduga zaman Pura Gunung Raung di Taro ini sudah ada sebelum abad
ke-11 Masehi
Di Pura Gunung Raung terdapat Pelinggih Meru tumpang tiga
tempat pemujaan kepada Ida Bhatara Sakti Sesuhunan di Pura Gunung Raung.
Kemudian di dalam Pura Gunung Raung juga dibangun bale kulkul (kentongan yang
berukuruan besar) sakral yang hanya dibunyikan pada saat Ida Bhatara dimohonkan
untuk turun dari kahyangan bila akan dilaksanakan upacara melasti.
Gambar pura gunung raung |
Ada
banyak keunikan di Pura Gunung Raung ini salah satunya adalah titi gonggang atau jembatan yang
labil. Dua buah titi gonggang dipercaya oleh masyarakat Desa Taro sebagai tempat bagi
orang yang ingin bersumpah. Di titi
gonggang itu bisanya sumpah itu dilaksanakan. Bila orang tersebut bisa
melewati titi gonggang berarti
orang itu memang berprilaku benar sedangkan jika jatuh berarti berprilaku
salah.
Pujawali di Pura Agung Gunung Raung sendiri dilaksanakan tiap Buda
Kliwon Ugu. Pura
Gunung Raung ini terletak di Desa Taro, Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar.
Pura Gunung Raung ini terletak di hilir atau teben dari Banjar Taro Kaja dan di
hulu atau luwan Banjar Taro Kaja. Pendirian Pura
Agung Gunung Raung ini merupakan bukti jejak dari perjalan seorang Rsi
bernama Rsi Markandya dalam
perjalanannya dari Jawa Timur ke Bali.