Gambar pura petitenget
Om swastiastu
Tulisan ini berdasarkan rekomendasi dari teman facebook yaitu wayan sika dari Badung untuk mengulas Pura Petitenget, terimakasih masukanya.
|
Pura Petitenget.
Bagi yang tinggal ataupun bekerja di seputaran daerah kerobokan pasti tahu Pura Petitenget, terletak di Banjar Batu Belig, Kerobokan, Kuta Utara, Bali. Pura ini berada di sepanjang pesisir pantai petitenget yang berpasir putih keemasan.
Pantai ini begitu indah, keindahnya didukung oleh keberadaan pura ini Piodalan di pura ini berlangsung tiap Buda Cemeng Merakih pada saat itu pura akan dipadati oleh para pemedek atau umat yang akan melakukan persembahyangan dan para turis mancanegara yang sekedar ingin mengabadikan berlangsungnya prosesi upacara.
Dan di setiap piodalan akan ditarikan tarian sakral yaitu tarian telek yang melambangkan keayuan, kelembutan dan keramah- tamahan.
Menurut Bendesa Adat Kerobokan A.A. Putu Sutarja, Pura Petitenget merupakan salah satu pura untuk memohon kemakmuran dan keajegan jagat
Dahulu tempat di seputaran pura ini “tenget” atau angker karena dahulu tempat ini berupa hutan yang di huni oleh raksasa bernama I butha ijo, tapi itu dulu . Bagaimana bisa seperti itu begini ceritanya.
Dahulu kala diceritakan hutan di pesisir pantai petitenget dahulu, dihuni oleh raksasa yang merupakan pengawal dari Ida Bhatara Labuhan Mascet yang bernama I bhuta ijo.
Pada saat itu pedanda wawu rauh yaitu dhang hyang Dwijendra dalam perjalananya menuju pura luhur uluwatu untuk moksa bertemu dengan I bhuta dan memintanya untuk menjaga pecanangan (tempat sirih) milik beliau. I bhuta ijo kemudian diberi kekuatan oleh beliau untuk menjaga pecanangan tersebut.
Beliau pun meninggalkan pantai petitenget dan menuju ke tempat moksa beliau di pura uluwatu.
Tapi keberadaan I bhuta ijo membuat masyarakat resah, I bhuta ijo dengan ilmu kesaktianya membuat gerubug atau wabah penyakit bagi orang yang berani masuk ke daerah tempat pecanangan yang dijaganya. I bhuta ijo menganggap orang yang masuk ke daerah itu berniat inggin mencuri pecanangan dhang hyang Dwijendra.
Warga lalu meminta nangkil dan meminta petunjuk dhang hyang Dwijendra yang pada saat itu sedang bersemedi di pura luhur uluwatu, beliau mendengar keluh kesah warga dan memberikan petunjuk warga disarankan untuk membuat Palinggih Pasimpangan atau bangunan suci untuk stana Ida Bhatara Labuhan Masceti, dan pagedongan untuk stana I Bhuta Ijo pura tersebut dinamakan pura petitenget.
Dan juga persembahan berupa lelaban tiap Tilem Kawulu masarana sampi selem batu lengkap dengan ajeng-ajengan cacahan.
Setelah pembangunan pura ini keadaan pun mulai berubah, tempat tersebut sudah seperti sekarang tidak ada wabah penyakit ataupun raksasa yang menakutkan karena sudah di stanakan di pura petitenget.
Jika kita masuk kedalam pura, akan terdapat palinggih Gedong stana Dang Hyang Dwijendra, Meru Tumpang Lima linggih Ida Luhuring Dalem Solo, Majapahit dan Mekah. Juga terdapat palinggih Catu Meres, Catu Mujung, palinggih Padma Capah, Naga Gombang dan Padmasana.
Nama Pura petitenget diambil berdasarkan cerita di atas yang bermakna “Peti” berarti kotak yang dalam hal ini merupakan pecanangan dari dhang hyang dwijendra dan “tenget” yang berati angker bisa diambil kata yang bermakna peti yang angker. Dan kawasaan pantainya pun diberi nama pantai petitenget .
Terimakasi Kepada
Pura Petitenget merupakan recomendasi ulasan dari wayan sika di Badung, silahkan tinggalkan komentar tentang tradisi, sejarah pura, desa, atau apapun dari tempat kalian atau yang menarik guna untuk mendukung membangun blog ini.
Terimakasi sudah berkunjung dan membaca semoga bermamfaat
Om shanti, shanti, shanti Om
Tidak ada komentar:
Posting Komentar