Upacara
Usaba Kaulu yang berlangsung setahun sekali bertepatan bulan `kaulu` sekitar
bulan Januari atau Februari Ritual Usaba Kaulu Pecaruan Agung digelar di Dusun
Asak, Desa Timbrah, Kecamatan Karangasem, Bali. Nyepeg Sampi /tebas sapi
namanya, salah satu rangkaian kegiatan Usaba Kaulu yang tergolong dalam upacara
Bhuta Yadnya (pecaruan) untuk menetralisisr alam wilayah desa dari gangguan
mahkluk jahat.
Pelaksanaan
ritual Nyepeg Sampi didominasi oleh para seke dehe-teruna Asak.Para terunanya
mengenakan busana kain warna hitam dibalut saput warna putih dan diikat sabuk
poleng (warna hitam-putih) dengan mengenakan destar warna merah tapi tanpa mengenakan
baju serta Senjata yang digunakan untuk "nyepeg sampi" adalah jenis
Belakas Sudamala yang khusus digunakan untuk ritual Usaba Kaulu. Pisau itu
menggunakan bahan baku baja dan pegangan senjata itu terbuat dari perak.
Sedangkan para teruninya mengenakan kebaya seragam brokat warna kuning dan kainnya
warna-warni membawa bokor dilengkapi sesajen kembang.
Dimulai Jero Mangku mempersiapkan penataan banten di Pura
Patokan, sementara para terunanya menyucikan sapi dengan sarana upacara dan
menghiasnya dengan kain warna-warni di jaba Pura Puseh Sapi yang digunkan bukan
sapi sembarangan, harus dicari sapi yang besar dan tanpa cacat dan juga harus
berjenis kelamin jantan lengkap dengan buah pelirnya.Selain itu dipelihara satu
minggu oleh pemuda dan sebelum dijadikan caru dibuatkan dulu banten dan upacara
khusus. Disampaikan bahwa sapi yang dilepas lalu dibunuh itu adalah sapi
yang sudah diberkati Ida Betare sehingga tetesan darahnya itu selain sebagai
caru juga untuk kesuburan dan kemakmuran.
Seekor sapi diarak keliling desa diiringi gamelan
Baleganjur dan diikuti oleh seluruh dehe-teruna dan krama Desa Adat Asak. Di
Pura Patokan sapi diupacarai dengan mengelilingi Palinggih Patokan
sebanyak tiga kali
Setelah
upacara di Pura Patokan, penyepegan sampi segera dimulai. Begitu sapi dilepas
dari talinya keluar dari pintu balai
banjar langsung lari menuju arah selatan, melihat sapi telah keluar dari balai
banjar, saat itu pula langsung dikejar sambil bersorak-sorai kegirangan oleh
ratusan teruna sembari membawa blakas untuk disepeg serta diikuti
oleh krama desa lainnya. Arah sapi berlari, memiliki makna sendiri. Kalau sapi
berlari ke arah utara, mengandung arti kesuburan. Timur melambangkan adanya
cahaya kebahagiaan. Selatan itu kemakmuran dan kebijaksanaan. Barat berarti
adanya kegelapan di alam.
Sembari berlari mengejar sapi, beberapa meternya tubuh
sapi sudah dapat disepeg beramai-ramai oleh teruna, darah merah segar sapi pun
muncrat, bahkan muncrat darahnya mengenai tubuh teruna. Baru berlari sekitar
100 meter ke arah selatan sapi gemuk akhirnya tumbang menghembuskan napas
terakhir dan tergeletak di jalan raya.Kemudian sapi tersebut dicabik-cabik organ
tubuhnya. Pertama kepala sapi dipotong langsung dibawa ke banjar. Organ
tubuh sapi lainnya menyusul dibawa ke balai banjar untuk dibuatkan
bayang-bayang berbentuk seekor sapi untuk diolah dijadikan bahan caru,
dan sisanya diolah untuk dimakan megibung (makan bersama) bersama: teruna-deha,
pecalang dan krama saing (karma desa).
Disampaikan bahwa pecaruan itu penting dilakukan untuk menetralisir kekuatan jahat para buta kala yang ada di
sewewengkon Desa Asak. kalau tidak dilakukan bisa menimbulkan
marabahaya kalau istilah Nak lingsir Gerubug Gering.
Sumber: infopublik/2012/Ritual Unik di Desa Adat Asak
Karangasem, Nyepeg Sampi Beramai-ramai untuk Menetralisir Alam
Teropong amlapura/2015/ Prosesi Unik
Pecaruan Agung Ngusaba Kaulu di Desa Adat Asak Karangasem, Ratusan Pemuda
Beramai-ramai “Nyepegin” Sapi Jantan untuk Caru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar