Sejarah Tradisi Omed-omedan
Desa Sesetan
Desa Sesetan
Gambar tradisi omed-omedan bali |
Tradisi Med-Medan atau Omed-omedan adalah tradisi indonesia khususnya tradisi di Bali yang mendunia selain tradisi perang pandan di tenganan.
Omed-omedan dalam bahasa Indonesia bermakna tarik-menarik.
Omed-omedan dalam bahasa Indonesia bermakna tarik-menarik.
Belum ada data historis pastinya kapan dimulai Tradisi Omed-omedan oleh warga banjar Kaja Sesetan.
Namun yang jelas Tradisi Omed-omedan ialah tradisi yang telah berumur ratusan tahun dan dilestarikan secara turun-temurun hingga masa kini.
Sejarah Tradisi Omed omedan
Pada awal mulanya sejarah Tradisi Omed-omedan berlangsung pada saat Hari Raya Nyepi, tempat dilakukannya di Puri Oka.
Puri Oka merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman penjajahan Belanda.
Karena pada saat itu seorang tokoh puri Ida Bhatara Kompiang sakit keras maka dihimbau seluruh penduduk desa Sesatan untuk tidak melakukan keributan di depan Puri.
Pada saat hari Nyepi tiba para warga pun sedih dan kecewa akibat larangan tersebut, dan beberapa warga akhirnya melanggar dan tetap mengadakan Tradisional Omed-omedan.
Karena sudah menjadi warisan dari nenek moyang mereka, Saking antusiasnya suasana saat itu, suasana jadi gaduh akibat acara saling rangkul para muda mudi di depan puri. Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar.
Raja yang pada saat itu sedang sakit keluar dan melihat warganya yang sedang rangkul-rangkulan.
Anehnya melihat warganya melakukan omed omedan, tiba-tiba raja tak lagi merasakan sakitnya. Ajaibnya setelah itu raja kembali sehat seperti sediakala.
Dan sejak itu peristiwa tersebut Tradisi Omed-omedan kembali di teruskan dan dilaksanakan seperti semula.
Namun pemerintah Belanda yang waktu itu menjajah Bali gerah dengan upacara itu.
Belanda pun melarang ritual permainan muda mudi tersebut. Warga yang taat adat tidak menghiraukan larangan Belanda dan tetap menggelar Tradisi Omed-omedan.
Namun tiba-tiba ada 2 ekor babi besar berkelahi di tempat Tradisi Omed-omedan biasa digelar.
Akhirnya raja dan rakyat meminta petunjuk kepada leluhur. Setelah itu Tradisi Omed-omedan dilaksanakan kembali tapi sehari setelah Hari Raya Nyepi.
Gambar barong bangkung |
Dan kembali pada tahun 1970-an Tradisi Omed-omedan ditiadakan dengan alasan banyak menuai kontrofersi,
Namun setelah setahun ditiadakan terjadi kejadian lagi 2 (dua) ekor babi yang berkelahi di pelataran sebuah pura hingga kedua babi itu berdarah-darah dan kemudian babi itu menghilang begitu saja.
Masyarakat kemudian menganggap kejadian itu sebagai pertanda buruk karena ditiadakannya Tradisi Omed-omedan itu.
Setelah itu dilakukan musyawarah dan juga petunjuk orang yang kesurupan di Pura bale Banjar diputuskan Tradisi Omed-omedan tetap akan diadakan.
Kejadian ini dipercaya oleh warga banjar sebagai sebuah anugerah sehingga oleh masyarakat Banjar Kaja dibuatlah Barong Bangkung (Barong Babi).
Ditampilkan pertunjukan tari barong bangkung (barong babi) yang dimaksudkan untuk mengingat kembali peristiwa beradunya sepasang babi hutan di desa ini.
Video omed omedan youtube
Acara omed-omedan ini berlangsung sekitar dua jam. Tradisi Omed-omedan dilakukan oleh para Sekaa Teruna Satya Dharma Kerthi atau pemuda-pemudi Banjar Kaja sesetan yang belum menikah.