Tektekan Mengusir Roh Jahat Di Tabanan
gambar tradisi tektekan tabanan |
Ditinjau dari etimologi kata Tektekan berasal dari kata ”Tek” karena mungkin didominasi oleh suara tek..tek..tek, dijadikan kata mejemuk menjadi tektek, ditambah dengan akhiran an menjadi tektekan. Tektekan berarti sejumlah kentongan yang terbuat dari bambu yang digunakan masyarakat dengan cara ditabuh (dipukul) menggunakan panggul (pemukul) yang terbuat dari bambu atau kayu. Tektekan muncul ketika alat-alat gamelan yang terbuat dari bahan perunggu harus ditanam di dalam tanah karena dianggap tabu untuk ditabuh.
Gamelan Tektekan di daerah Tabanan berfungsi untuk mengusir bhuta kala pada saat masyarakat merasakan desa sedang grubug, yang artinya desa sedang dilanda penyakit non medis. suara dari benda-benda yang dipukul dan bisa mengeluarkan suara keras diyakini bisa membantu, pada kepercayaan masyarakat setempat disaat seseorang hilang disembunyikan oleh makhluh halus dari dunia lain, maka akan memukul benda yang bisa menimbulkan bunyi di tempat kejadian, dibeberapa tempat lainnya bahkan menggelar bunyi-bunyian dari gong dinakamakan tabuh beleganjur sampai akhirnya orang tersebut bisa ditemukan, karena kepercayaan terebut pula dalam mengusir roh jahat yang menimbulkan wabah, maka Tektekan ini digelar.
gambar tradisi tektekan tabanan |
Sejak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2013, Tektekan yang berasal dari Desa Karambitan ini menjadi sangat menonjol dibandingkan dengan Tektekan dari daerah lain di Bali. Namun seiring perkembangan jaman yang semakin menonjolkan kreativitas untuk berkesenian, perlahan Tektekan itu sendiri menjadi berbeda fungsi atau kegunaannya bertambah. Tektekan yang awalnya berfungsi sebagai pengusir bhuta kala disaat masyarakat desa dilanda grubug, kemudian Tektekan menjadi gamelan iringan sebuah drama seni teatrikal yang terkenal dengan sebutan Tektekan Calonarang. Pada saat seni tektekan ini dipertunjukkan dalam bentuk berlakon, maka akan dipentaskan saat pada saat cerita Calon Arang. Suara tek dihasilkan dibarengi juga dengan suara kendang, suling dan juga cenceng, sehingga menjadi kolaborasi dan menghasilkan suara yang enak didengar.
Biasanya Tektekan dilakukan pada saat Pengrupukan Sehari sebelum hari Raya Nyepi, warga Desa Adat Kediri tabanan pada saat sandikala (pergantian hari menuju malam) berkeliling desa menggelar tradisi tektekan untuk mengusir bhuta kala agar tidak mengganggu.