Kamis, 21 Januari 2016

Tradisi Mesabatan Api Banjar Nagi, Desa Petulu, Ubud


Dua buah tumpukan sabut kelapa sudah disiapkan di tengah-tengah tempat ritual. Beberapa pemuda sedang merias wajah dengan coretan cat dan juga bermain gamelan. api berkobar dari serabut kelapa, tembang gegenjekan mengalun. Ada tarian dan nyanyian.

"Ainggih rarisin tradisi sabatan," ujar Jro Bendesa Desa Pakraman Nagi, I Ketut Marka melalui alat pengeras suara saat api di batok kelapa sudah membara.


Mendapat aba-aba, warga yang terdiri dari pemuda yang sebelumnya duduk melingkari api bangun dari duduknya sambil meloncat ke dalam kobaran api. Sekelompok pemuda melemparkan bara api ke rekannya Sejumlah pemuda saling serang dengan api sabut kelapa dalam perang api.



Semakin kencang tempo gamelan membuat Pemuda Sekaa Teruna Teruni (STT) Mekarjaya Banjar Nagi semakin bringas. Teriakan dan tantangan saling mereka lontarkan. Ritual ini memang termasuk tradisi adu nyali dan keberanian.

Itulah sedikit gambaran Tradisi Mesabatan api di Banjar Nagi, Desa Petulu, Ubud. Bagi warga Banjar Nagi Ubud, tradisi yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam ini dipercaya dapat menghilangkan segala pengaruh atau sifat negatif dalam diri manusia. Tradisi ini bertujuan untuk mengikis segala amarah atau dendam antar warga menjelang perayaan hari Raya Nyepi yang hening.

Sebelum melakukan Mesabatan Api, seluruh pemuda yang ikut diperciki tirta atau air suci oleh pemangku (pendeta hindu) pura setempat.Selain itu, mereka juga diolesi cairan dari kapur putih, yang dipercaya dapat melindungi mereka dari cedera akibat terkena lemparan bara api.