Kamis, 28 Januari 2016

Tradisi Perang Pandan Di Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Bali

Tradisi Perang Pandan Di Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Bali

Gambar perang pandan desa tenganan 1979
Tradisi Perang pandan merupakan tarian sakral atau yang di sebuat bali-balihan, salah satu tradisi yang ada di Tradisi Perang Pandan Atau Makere-Kere Di Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Bali. Tenganan adalah salah satu desa tertua yang ada di pulau Bali. Tradisi Perang pandan juga disebut dengan istilah makere-kere Tradisi Perang pandan di katagorikan sebagai Tari wali/ tari sakral yang hanya bisa di pentaskan di adakan pada saat yang sudah di tentukan jadi tidak boleh di geser di tambah kemudian merupakan salah satu rangkaiaan persembahan tari persembahan khususnya kepada dewa indra juga terhadap ida sang yang widhi wasa secara umum mengapa dewa indra karena upacara ini di tenganan ini menganut agama hindu aliran indra sudah di ketahui bahwa dewa indra sebagai dewa kemakmuran juga di kenal sebagai dewa perang.
Gambar perang pandan desa tenganan
Gambar perang pandan desa tenganan
Alat utama dalam tradisi ini adalah Tameng / perisai yang biasanya terbuat dari bambu atau rotan dan daun pandan yaitu tumbuhan semak yang daunnya memiliki duri-duri yang sangat tajam. Tradisi Perang pandan dilaksanakan serangkaian dalam aci usaba sambah di Desa Tenganan Pagringsingan. Tradisi Perang pandan dilaksanakan sebanyak dua kali. Pertama, di Bale Patemu Kaja. Kemudian kedua, dilanjutkan di Bale Patemu Tengah dengan tambahan panggung atraksi. Hari kedua perang pandan juga dikenal masyarakat setempat dengan nama pengrame sambah.

Sebelum Tradisi Perang Pandan Atau Makere-Kere Di Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Bali. dimulai,diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan,lalu diadakan ritual minum tuak, tuak dalam di bambu dituangkan ke daun pisang yang berfungsi seperti gelas. Peserta perang saling menuangkan tuak itu ke daun pisang peserta lain. 

Gambar perang pandan desa tenganan
Gambar perang pandan desa tenganan
Pakaian yang digunakan dalam Tradisi Perang pandan ini menggunakan sarung (kamen), selendang (saput), dan ikat kepala (udeng) tanpa baju, bertelanjang dada. Tak ada aturan baku dalam Tradisi Perang pandan , masing-masing pesertanya membawa senjata berupa seikat daun pandan duri di tangan kanan dan sebuah perisai yang terbuat dari anyaman rotan di tangan kiri. Setelah Pemangku adat memberikan aba-aba tanda perang dimulai Peserta perang pandan akan menari-nari dan sesekali menyabetkan pandan berduri pada peserta lainnya Kedua peserta perang saling menyerang, mereka memukul punggung lawan dengan cara merangkulnya terlebih dulu. Mereka berpelukan, kemudian saling memukul punggung lawan dengan daun pandan yang berduri. 
Gambar perang pandan desa tenganan
Gambar perang pandan desa tenganan


Gambar perang pandan desa tenganan
Gambar perang pandan desa tenganan
Nantinya setiap lukanya akan diobati khusus dengan obat yang disakralkan. Obat tersebut sudah dipersiapkan sebulan sebelum Tradisi Perang pandan oleh para daha (truni/pemudi) desa tenganan). jika pandan satu durinya cepat patah tidak menyebabkan luka kalau durinya sampai tertanam tidak di obati pun tidak akan infeksi untuk mempercapat proses pengeringan di obati dengan cuka kunyik isen. itu mempercepat malah pada waktu kena tidak terasa pada waktu di obati memang terasa perih tapi beberapa menit saja



Tradisi Perang Pandan Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Bali sejarah yg tidak tertulis, ini merupakan rangkain upacara yang sudah di jalankan turun- temurun, Tradisi Perang Pandan ini harus terus dilaksanakan turun-termurun supaya tradisi ini tidak terkikis oleh zaman sekarang yang semakin modern dan traidisi ini nantinya bisa di lihat oleh anak cucu kita di masa yang akan datang.